Metode membaca privat, atau dikenal sebagai sorogan atau bandongan personal, adalah sistem khas pesantren yang sangat efektif. Ini melibatkan interaksi belajar satu-satu antara santri dan pengajar, sering kali langsung dengan Bimbingan Kiai. Fokus utamanya adalah pada penguasaan teks kitab kuning secara mendalam.
Dalam sistem sorogan, santri secara aktif membaca dan menerjemahkan teks kitab di hadapan guru. Guru atau kiai akan segera mengoreksi kesalahan bacaan, gramatika (nahwu shorof), atau pemahaman makna. Ini memungkinkan koreksi instan dan memastikan tidak ada pemahaman yang salah tersimpan.
Keunggulan utama metode ini terletak pada personalisasi pembelajaran. Guru dapat menyesuaikan kecepatan dan kedalaman materi sesuai kemampuan individu santri. Ini berbeda dengan kelas massal (bandongan umum) dan memastikan setiap santri mendapatkan perhatian penuh dan maksimal.
Metode ini juga menanamkan disiplin dan tanggung jawab yang tinggi pada santri. Mereka harus mempersiapkan materi secara matang sebelum sesi, karena akan langsung diuji. Kesiapan ini diasah melalui tuntutan kehadiran dan tanggung jawab langsung di bawah Bimbingan Kiai atau guru.
Selain transfer ilmu, sorogan juga memperkuat ikatan emosional (rabithah) antara santri dan guru. Interaksi yang intim ini memungkinkan santri meneladani adab dan akhlak guru secara langsung. Aspek tawadhu’ (rendah hati) pun terbangun secara alami dalam proses ini.
Keberhasilan seorang santri dalam menguasai kitab-kitab sulit seringkali sangat bergantung pada kualitas sesi sorogan mereka. Melalui evaluasi lisan dan koreksi terperinci, santri didorong untuk berpikir kritis dan memahami konteks teks. Inilah inti dari pendidikan pesantren yang otentik.
Tradisi belajar ini memastikan regenerasi ulama yang berkualitas dengan sanad ilmu yang jelas. Setiap ilmu yang disampaikan telah diverifikasi dan disahkan langsung oleh guru. Keterkaitan ilmu ini terjamin melalui sistem Bimbingan Kiai yang turun-temurun dari generasi sebelumnya.
Oleh karena itu, metode membaca privat adalah jantung pendidikan di pondok. Ini adalah cara paling efektif untuk membangun keahlian linguistik dan pemahaman tekstual yang kuat. Santri harus menghargai kesempatan emas mendapatkan Bimbingan Kiai langsung dalam proses belajar mereka.
