Di lingkungan pesantren, prestasi akademik dan spiritual santri seringkali diukur dari penguasaan Kitab Kuning. Rahasia Santri Berprestasi dalam mencapai penguasaan yang mendalam ini terletak pada Metode Sorogan yang menuntut konsistensi tinggi dan intensitas pertemuan tatap muka yang terstruktur dengan Kyai atau Ustadz. Rahasia Santri Berprestasi bukan semata-mata karena bakat, melainkan hasil dari disiplin harian yang diatur oleh sistem Sorogan yang personal. Rahasia Santri Berprestasi ini menekankan bahwa kualitas bimbingan guru dan muroja’ah (belajar mandiri) yang terstruktur adalah kunci kesuksesan.
Metode Sorogan bersifat individual, di mana santri secara langsung menyodorkan hafalan atau bacaan kitabnya kepada guru. Struktur yang terorganisir inilah yang menciptakan konsistensi. Seorang santri yang berkeinginan maju harus menjadwalkan dirinya untuk bertemu guru secara rutin, misalnya minimal tiga kali seminggu, pada jam-jam khusus yang telah ditetapkan (seperti setelah Salat Isya atau sebelum Salat Subuh). Konsistensi ini memaksa santri untuk selalu berada dalam mode belajar dan muroja’ah karena mereka tahu bahwa jadwal setoran mereka sudah menanti. Kedisiplinan ini, yang dipertahankan selama bertahun-tahun, secara bertahap membentuk kebiasaan belajar yang unggul.
Intensitas pertemuan dalam Sorogan menjamin efektivitas pembelajaran. Dalam setiap sesi Sorogan, santri diuji secara menyeluruh: mulai dari ketepatan bacaan Arab, hafalan teks (nazham), hingga pemahaman gramatikal (i’rab). Koreksi yang diberikan bersifat instan, personal, dan mendalam. Guru dapat fokus sepenuhnya pada kelemahan spesifik santri tersebut. Misalnya, jika santri sering salah dalam menerapkan kaidah tashrif (konjugasi kata kerja), Ustadz akan langsung memberikan latihan tambahan secara lisan hingga kesalahan tersebut hilang. Tingkat fokus dan intensitas feedback yang setinggi ini sulit dicapai dalam pembelajaran kelas massal.
Tingkat keberhasilan metode ini diakui secara luas. Dalam dokumentasi perkembangan santri di Pondok Pesantren Salafiyah Modern, tercatat pada akhir tahun ajaran 2024 bahwa santri yang berhasil mempertahankan frekuensi Sorogan minimal empat kali seminggu menunjukkan penguasaan Kitab Alfiyah Ibnu Malik (kitab Nahwu yang kompleks) satu tahun lebih cepat dibandingkan rata-rata. Kecepatan ini membuktikan bahwa Sorogan memberikan jalur cepat bagi santri yang disiplin. Dengan memadukan bimbingan guru yang terstruktur dan dorongan untuk belajar mandiri, Sorogan berhasil menciptakan output santri yang tidak hanya luas ilmunya, tetapi juga memiliki kedalaman dan akurasi yang teruji.
